Assemble To Order: Pengertian, Kelebihan, dan Contohnya

Hanif 28 Jul 2023 4 Menit 0

Sebelumnya kita sudah membahas secara singkat bahwa Assemble to Order adalah sistem produksi di mana produsen berlaku sebagai inventaris yang menyimpan bahan baku dan sebagai produsen dalam perakitan.

Terutama bagi kalian yang mendalami dunia industri dan manajemen bisnis, hal ini menjadi salah satu yang harus kamu ketahui.

Assemble to Order, atau biasa disingkat ATO, adalah salah satu model dalam sistem produksi yang kerap digunakan oleh berbagai perusahaan di seluruh dunia.

Dalam artikel ini, kita akan membahas lebih lanjut tentang apa itu Assemble to Order, apa saja kelebihannya, dan memberikan contoh konkret perusahaan yang menerapkan model ini.

Mari selami lebih dalam!

Pengertian Assemble to Order (ATO)

Apa sih Assemble to Order itu? Sederhananya, Assemble to Order adalah model bisnis di mana proses produksi berupa perakitan dimulai setelah pesanan diterima dari pelanggan.

Assemble to Order adalah strategi manufaktur yang menempatkan perusahaan sebagai produsen perakitan yang menyimpan bahan baku dan inventaris pendukung perakitan.

Sedikit mirip dengan Engineered to Order (ETO), namun tanpa proses engineering dan uniknya di sini, komponen-komponen atau bagian-bagian produk telah diproduksi dan disimpan di gudang. Jadi, setelah pesanan masuk, apa yang dilakukan perusahaan adalah merakit atau menggabungkan komponen-komponen tersebut menjadi produk akhir sesuai pesanan.

Assemble to order

Dengan cara ini, perusahaan dapat menawarkan berbagai macam variasi produk tanpa harus membuat setiap variasi secara penuh sebelum ada pesanan. Cukup dengan merakit komponen yang sudah ada, perusahaan bisa memenuhi kebutuhan spesifik pelanggan dengan lebih cepat dan efisien. Lumayan kan, untuk meminimalisir biaya produksi? Itulah Assemble to Order!

Sistem Kerja Assemble to Order

Assemble to Order bekerja dengan cara yang cukup cerdas. Perusahaan akan memproduksi atau menyimpan komponen-komponen dasar produk di gudang mereka. Jadi, jika ada pesanan masuk, mereka tidak perlu mulai dari awal, tapi langsung merakit bagian-bagian tersebut menjadi produk akhir sesuai pesanan.

Misalnya dalam usaha sepeda dengan model ATO, pelakunya akan menyimpan komponen & suku cadang seperti rangka, ban, setang, dan lainnya dalam jumlah banyak. Lalu, jika ada pelanggan yang pesan sepeda dengan spesifikasi khusus, kamu tinggal merakit komponen yang sudah ada sesuai pesanan. Cepat dan efisien kan?

Berbeda dengan Make to Order yang membuat dari awal, Assemble to Order memungkinkan konsumen menerima produk lebih cepat.

Namun, jangan salah paham, Sistem ATO ini membutuhkan perencanaan yang matang dan manajemen gudang yang baik. Perusahaan harus bisa memperkirakan permintaan pasar dan memproduksi komponen dasar sesuai dengan permintaan tersebut.

Bisa dilihat, demand forecasting menempati langkah pertaama dalam proses Assemble to Order.

  1. Demand Forecasting
  2. Pembelian atau Produksi Komponen
  3. Penerimaan Pesan
  4. Pengumpulan dan perakitan komponen
  5. Delivery

Selain analsia tren pasar, perusahaan juga perlu memiliki sistem untuk merakit komponen tersebut dengan cepat dan akurat setelah pesanan diterima.

Nah, itulah cara kerja Assemble to Order. Cukup cerdas bukan, sistem ini? Tetapi, seperti semua hal, ATO juga memiliki kelebihan dan kekurangannya sendiri. Yuk, kita bahas di bagian berikutnya!

Kelebihan dan Kekurangan Assemble to Order

Seperti model order fulfillment lain, Assemble to Order memiliki kelebihan dan kekurangannya

Kelebihan Assemble to Order

  • Meningkatkan Efisiensi
    Dengan memproduksi atau merakit produk hanya setelah menerima pesanan dari pelanggan, perusahaan dapat mengurangi biaya yang terkait dengan perakitan dan penyimpanan produk jadi. Namun, meski beban inventarisasi lebih ringan, bukan berarti tidak ada manajemen inventaris di sini ya!
  • Kustomisasi Tinggi
    Assemble to Order memungkinkan perusahaan untuk menawarkan produk yang disesuaikan kepada pelanggan, yang dapat memberikan nilai tambah dan memberikan kepuasan pelanggan yang lebih besar.
  • Pengurangan Waktu Tunggu
    Karena komponen sudah siap dan hanya perlu dirakit, waktu tunggu pelanggan untuk menerima produk bisa lebih pendek dibandingkan dengan model produksi seperti Make to Order atau Engineer to Order.

Kekurangan Assemble to Order

  • Membutuhkan Analisis Tren
    Untuk memastikan bahwa komponen yang tepat tersedia saat pesanan diterima, peramalan permintaan yang akurat menjadi penting. Ini akan mempengaruhi biaya operasional.
  • Membutuhkan Waktu & Tenaga untuk Perakitan
    Berbeda dengan make to stock di mana produk bisa dipastian ready stock untuk tinggal dikirim, model assemble to order membutuhkan waktu dan tenaga untuk proses perakitan.
  • Penyimpanan Komponen
    Meskipun Assemble to Order mengurangi kebutuhan untuk menyimpan produk jadi, perusahaan masih harus menyimpan komponen. Jika komponen tersebut tidak digunakan dalam waktu yang cukup lama, ini bisa menimbulkan biaya penyimpanan dan risiko kerusakan atau keusangan.
  • Risiko Stok Habis
    Ketika stok suku cadang dan bahan baku tidak mencukup untuk permintaan yang tinggi, maka perlu mendatangkan pada vendor/pemasok atau produksi. Ketika komponen yang dibutuhkan tidak datang pada waktunya, ini tentunya akan menggangu proses perakitan.

Karena kekurangan di atas, tidak semua produk cocok untuk model Assemble to Order. Untuk produk yang memerlukan waktu perakitan yang lama atau yang memiliki komponen sangat khusus, model lain seperti Make to Order atau Engineer to Order mungkin lebih sesuai.

Contoh Perusahaan yang Menerapkan Assemble to Order

Sejumlah perusahaan terkenal telah menerapkan model Assemble to Order dalam operasional mereka, dan ini telah membantu mereka mencapai tingkat efisiensi dan kepuasan pelanggan yang tinggi.

1. Dell

Salah satu contoh paling terkenal dari perusahaan yang menggunakan model Assemble to Order adalah Dell. Dell, produsen komputer global, memungkinkan pelanggan untuk memilih spesifikasi komputer yang mereka inginkan, seperti prosesor, kapasitas penyimpanan, dan lainnya.

Assemble to order - dell

Setelah pelanggan memilih spesifikasi yang mereka inginkan, Dell kemudian merakit komputer berdasarkan pesanan tersebut. Ini tidak hanya memungkinkan Dell untuk mengurangi biaya inventaris, tetapi juga memberikan nilai tambah kepada pelanggan dengan memberi mereka kebebasan untuk merancang komputer mereka sendiri.

2. Toyota Indonesia

Produsen otomotif ini juga menerapkan model Assemble to Order, di mana mereka membuat bagian-bagian kendaraan terlebih dahulu dan kemudian merakitnya sesuai dengan pesanan pelanggan. Ini memungkinkan Toyota untuk menyediakan berbagai opsi kepada pelanggan mereka dan memastikan bahwa pelanggan menerima kendaraan yang tepat sesuai kebutuhan mereka.

Assemble to order - toyota (2)

ini sejalan degan prinsip The Toyota Way di mana proses produksi dirancang untuk memenuhi permintaan pelanggan secara tepat dan efisien. Dalam prinsip ini diterapkan TPS (Toyota Production System) yang berfokus pada pengurangan tujuh jenis pemborosan dalam operasi produksi (overproduction, waktu tunggu, transportasi, over-processing, inventaris, gerakan, dan produk cacat). Sehingga. Assemble to Order ini juga sesuai dengan konsep Just in Time.

3. IKEA

Sebuah contoh lainnya dari perusahaan yang menerapkan model Assemble to Order adalah IKEA. Raksasa ritel furnitur asal Swedia ini dikenal dengan produk-produknya yang dijual dalam kondisi belum dirakit.

Dengan melakukan ini, IKEA dapat mengefisiensikan proses pengiriman dan pengemasan, mengurangi biaya, dan memberikan pelanggan kepuasan unik dalam merakit produk mereka sendiri di rumah. Selain itu, pendekatan ini juga memberikan IKEA kemampuan untuk menyimpan lebih banyak produk dalam gudang mereka, mengingat produk-produk tersebut belum dirakit dan memakan ruang yang lebih kecil. Model bisnis ini telah menjadi bagian integral dari identitas IKEA dan kesuksesan mereka di pasar global.

Masing-masing dari perusahaan ini telah menemukan cara mereka sendiri untuk membuat model Assemble to Order bekerja dengan efektif bagi mereka, menunjukkan bahwa model ini dapat diadaptasi untuk berbagai industri dan kebutuhan pasar. Dengan memahami kekuatan dan keterbatasan model ini, perusahaan lain dapat mengevaluasi apakah ini adalah pendekatan yang tepat bagi mereka.

Akhir Kata

Assemble to Order adalah sebuah strategi yang luar biasa dalam dunia manufaktur, terutama bagi perusahaan yang ingin menawarkan personalisasi tanpa harus menanggung beban inventaris yang berlebihan.

Meskipun ada tantangan dan hambatan yang perlu ditangani, manfaat dari pendekatan ini, seperti efisiensi waktu dan pengurangan biaya, membuatnya menjadi pilihan yang menarik bagi banyak industri.

 


Baca juga artikel menarik seputar Ekspedisi & Logistik di pluginongkoskirim.com yang terkait dengan logistikatau artikel lainnya dari Mufid Hanif. Untuk informasi lebih lanjut atau kebutuhan lainnya, Anda bisa menghubungi kami melalui support@tonjoo.com


 

Bagikan ke:
Hanif
Ditulis oleh

Hanif

hi, I'm a SEO content writer with interest on business, entrepreneur, digital marketing, and many more

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *