Sebenarnya apa itu back order? Mungkin pernah mendengarnya ketika sedang membeli barang namun ternyata stock nya tidak mencukupi.
Kalau bergerak di dunia bisnis atau sedang mempersiapkan diri untuk terjun ke bisnis, maka penting untuk tahu apa itu back order. Apalagi di era e-commerce yang super dinamis ini, istilah ini sering disebut, tapi tidak semua orang mengerti benar apa artinya.
Padahal back order memiliki dampak yang cukup besar pada operasional sebuah bisnis. Makannya, back order ini menjadi hal yang tidak terpisahkan pada manajemen logistik.
Jangan khawatir, di artikel ini kita akan bahas tuntas apa itu back order, penyebabnya, dampaknya pada bisnis, dan tentu saja, bagaimana cara mengatasinya. Yuk, scroll ke bawah dan mari kita mulai!
Apa itu Back Order?
Back order artinya adalah suatu kondisi dimana perusahaan tidak dapat memenuhi permintaan pelanggan karena kekurangan stok barang. Dalam situasi ini, pelanggan memilih untuk menunggu barang tersebut tersedia kembali, daripada membatalkan pesanan atau memilih produk lain. Hal ini terjadi karena demand yang lebih tinggi dibandingkan supply yang tersedia.
Menurut Heizer dan Render dalam bukunya Operations Management, pengertian back order adalah suatu kondisi dimana permintaan suatu barang melebihi ketersediaan, dan pelanggan bersedia menunggu untuk pesanan mereka.
Jadi, back order terjadi ketika seorang pelanggan memesan suatu item yang tidak tersedia di stok. Perusahaan kemudian memasukkan pesanan tersebut ke dalam ‘back order’ dan akan mengirimkan item tersebut segera setelah kembali tersedia. Hal ini biasanya terjadi pada produk yang memiliki permintaan tinggi atau pada produk khusus yang tidak terlalu sering dipesan.
Contoh Back Order
Contoh kasus back order, sebuah perusahaan elektronik populer merilis smartphone terbaru. Permintaan sangat tinggi sehingga stok yang tersedia habis dalam waktu singkat. Beberapa pelanggan yang tidak mendapatkan stok tersebut memilih untuk menunggu daripada membatalkan pesanan atau memilih model lain. Dalam hal ini, pesanan mereka masuk dalam kategori ‘back order’. Begitulah contoh back order, sederhananya.
Perbedaan Back Order dengan Out of Stock
Seringkali, istilah ‘back order’ dan ‘out of stock’ digunakan secara bergantian, tetapi sebenarnya ada perbedaan antara keduanya. Arti out of stock adalah barang yang diinginkan pelanggan saat ini tidak tersedia di stok dan pelanggan harus memilih antara membatalkan pesanan atau memilih produk lain. Sedangkan ‘back order’ adalah ketika pelanggan memilih untuk menunggu sampai produk yang diinginkan kembali tersedia, dan perusahaan bersedia mengirimkan produk tersebut segera setelah tersedia kembali.
Penyebab Back Order
Back order bisa terjadi karena berbagai alasan, namun berikut adalah beberapa penyebab umum dari back order
1. Safety Stock Rendah
Safety stock adalah jumlah minimum stok yang harus dimiliki oleh sebuah perusahaan untuk menghindari kekosongan stok karena fluktuasi permintaan atau keterlambatan pengiriman dari pemasok. Jika safety stock tidak mencukupi, maka risiko terjadinya back order akan meningkat. baca lebih lanjut tentang safety stock
2. Peramalan Permintaan yang Tidak Tepat
Baca Juga
Peramalan permintaan adalah proses memprediksi berapa banyak barang atau jasa yang akan dibutuhkan pelanggan di masa mendatang. Jika peramalan tidak tepat, maka perusahaan mungkin akan mengalami kelebihan atau kekurangan stok, yang keduanya dapat menyebabkan back order.
3. Keterlambatan Pengiriman dari Pemasok
Jika pemasok mengalami keterlambatan dalam pengiriman barang, maka perusahaan mungkin tidak memiliki cukup stok untuk memenuhi permintaan pelanggan, sehingga menyebabkan back order.
4. Produksi yang Tidak Efisien
Jika perusahaan tidak dapat memproduksi barang dengan cepat dan efisien, maka akan sulit untuk memenuhi permintaan pelanggan, terutama jika permintaan tersebut meningkat secara tiba-tiba.
5. Pengelolaan Inventori yang Tidak Efektif
Pengelolaan inventori yang buruk bisa menyebabkan kekurangan stok, yang pada gilirannya dapat menyebabkan back order. Ini termasuk tidak mempertahankan tingkat stok yang memadai dan tidak memiliki sistem pelacakan inventori yang efektif.
Itu dia beberapa penyebab umum dari back order. Mengidentifikasi dan memahami penyebab back order sangat penting untuk mencegahnya di masa mendatang.
Dampak Back Order pada Bisnis
Terjadi back order tentu tidak ideal untuk bisnis manapun. Meskipun pelanggan memilih untuk menunggu, bukan berarti tidak ada dampak negatif yang ditimbulkan. Berikut adalah beberapa dampak back order pada bisnis:
1. Kepuasan Pelanggan Menurun
Pelanggan yang harus menunggu lebih lama dari yang diharapkan cenderung menjadi tidak puas. Kepuasan pelanggan adalah kunci untuk retensi pelanggan dan bisnis yang berkelanjutan, sehingga dampak ini bisa sangat serius.
2. Reputasi Bisnis Terpengaruh
Ketika pelanggan tidak puas karena harus menunggu, reputasi bisnis bisa terpengaruh. Pelanggan yang tidak puas mungkin akan memberikan ulasan negatif dan tidak merekomendasikan bisnis Anda kepada orang lain.
3. Mengganggu Alur Bisnis
Back order dapat mengganggu operasional bisnis. Misalnya, staf mungkin harus bekerja lebih keras untuk mengelola pesanan yang tertunda dan berkomunikasi dengan pelanggan yang tidak puas.
4. Biaya Operasional Meningkat
Menangani back order dapat meningkatkan biaya operasional. Misalnya, biaya pengiriman mungkin meningkat jika harus mengirim barang dengan metode pengiriman yang lebih cepat untuk memenuhi kebutuhan pelanggan.
5. Kehilangan Penjualan...