Rumus persediaan akhir menjadi salah satu konsep fundamental dalam manajemen persediaan.
Persediaan akhir merujuk pada nilai jumlah barang yang tersisa di akhir periode pencatatan akuntansi, yang dapat berupa akhir bulan, kuartal, atau tahun.
Dalam dunia bisnis, terutama bagi mereka yang bergerak di sektor ritel, manufaktur, atau distribusi, manajemen persediaan adalah salah satu aspek krusial yang tidak boleh diabaikan.
Persediaan yang tidak dikelola dengan baik dapat mengakibatkan berbagai masalah, mulai dari kehabisan barang (out of stock) hingga penumpukan barang yang tidak laku atau dead stock, yang pada akhirnya dapat merugikan perusahaan.
Dengan rumus persediaan akhir yang tepat, Anda dapat mengoptimalkan stok, mengurangi biaya penyimpanan, dan meningkatkan profitabilitas.
- Pengertian Persediaan Akhir
- Rumus Persediaan Akhir - Rumus Dasar
- Rumus Persediaan Akhir Metode Laba Kotor
- Rumus Persediaan Akhir Metode Retail
- Rumus Persediaan Akhir Metode WIP (Work in Process)
- Rumus Persediaan Akhir Metode FIFO (First In First Out)
- Rumus Persediaan Akhir Metode LIFO (First In First Out)
- Rumus Persediaan Akhir Metode Rata-Rata Tertimbang
- Rumus Persediaan Akhir Metode Identifikasi Khusus
- Kesimpulan
Pengertian Persediaan Akhir
Persediaan akhir adalah jumlah barang atau bahan baku yang tersisa di akhir periode akuntansi tertentu, seperti akhir bulan, kuartal, atau tahun. Misalnya, nilai persediaan akhir dihitung setelah stock opname.
Mengetahui persediaan akhir sangat penting karena ini akan mempengaruhi laporan keuangan, khususnya pada bagian neraca dan laporan laba rugi.
Persediaan akhir juga membantu dalam perencanaan pengadaan barang, pengelolaan gudang, dan strategi penjualan.
Ada beberapa metode perhitungan persediaan akhir yang bisa Anda lakukan. Secara garis besar bisa dibagi menjadi dua, periodik (selama periode waktu tertentu) dan perpetual (setiap transaksi yang berlangsung).
Berikut pembagian metodenya:
- Rumus persediaan akhir dasar
- Rumus persediaan akhir metode laba kotor
- Rumus persediaan akhir metode retail
- Rumus persediaan akhir metode WIP (work in process)
- Rumus persediaan akhir metode FIFO (first in first out)
- Rumus persediaan akhir metode LIFO (last in first out)
- Rumus persediaan akhir metode rata-rata tertimbang
- Rumus persediaan akhir metode identifikasi khusus.
Pembahasan lebih lanjut, simak artikel in hingga selesai.
Rumus Persediaan Akhir – Rumus Dasar
Rumus dasar untuk menghitung persediaan akhir adalah sebagai berikut:
Persediaan Akhir = Persediaan Awal + Pembelian Bersih – Harga Pokok Penjualan (HPP) |
Di mana:
- Persediaan Awal adalah jumlah persediaan yang ada di awal periode.
- Pembelian Bersih adalah total pembelian barang selama periode tersebut dikurangi dengan retur pembelian dan diskon pembelian.
- Harga Pokok Penjualan (HPP) adalah biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi barang yang terjual selama periode tersebut.
Contoh Perhitungan Persediaan Akhir dengan rumus dasar
Misalkan Anda memiliki data berikut untuk bulan Januari:
- Persediaan Awal: Rp 50.000.000
- Pembelian Bersih: Rp 30.000.000
- Harga Pokok Penjualan (HPP): Rp 40.000.000
Maka, perhitungan persediaan akhir akan menjadi:
Persediaan Akhir = Persediaan Awal + Pembelian Bersih – Harga Pokok Penjualan (HPP) Persediaan Akhir= Rp50.000.000+Rp30.000.000-Rp40.000.000 Persediaan Akhir=Rp40.000.000 |
Jadi, persediaan akhir untuk bulan Januari adalah Rp 40.000.000.
Rumus Persediaan Akhir Metode Laba Kotor
Cara menghitung persediaan akhir dengan metode laba kotor menemukan nilai persediaan akhir dengan memperhitungkan marjin laba kotor.
Caranya adalah dengan memperhitungkan selisih antara harga jual dan biaya produksi untuk menemukan nilai persediaan akhir.
Persediaan Akhir = HPBT (Harga Pokok Barang Tersedia) – HPP (Harga Pokok Barang) |
Untuk menemukan HPBT (Harga Pokok Barang Tersedia atau disebut juga biaya barang tersedia
Biaya Barang Tersedia = Biaya Persediaan Awal +Biaya Semua Pembelian |
Sementara untuk menemukan HPP atau harga pokok penjualan adalah sebagai berikut
Harga Pokok Penjualan = Penjualan x Persentase Laba Kotor |
Selain itu, mungkin Anda juga perlu menemukan estimasi penjualan bersih dengan rumus berikut
Penjualan bersih = penjualan kotor – retur penjualan – diskon penjualan |
Lalu estimasi laba kotor adalah
Laba kotor = penjualan bersih x rasio laba kotor |
Contoh perhitungan nilai persediaan akhir dengan metode laba kotor adalah sebagai berikut
Misalkan Anda memiliki data berikut untuk bulan Januari:
- Persediaan Awal: Rp 50.000.000
- Pembelian: Rp 30.000.000
- Retur Pembelian dan Diskon: Rp 2.000.000
- Penjualan Kotor: Rp 100.000.000
- Retur Penjualan dan Diskon: Rp 5.000.000
- Rasio Laba Kotor: 30%
Langkah 1: Hitung Harga Pokok Barang Tersedia (HPBT)
Pembelian Bersih =Rp 30.000.000-Rp2.000.000
=Rp28.000.000
HPBT=Rp50.000.000+Rp28.000.000
=Rp78.000.000
Langkah 2: Hitung Harga Pokok Penjualan (HPP)
HPP=Rp95.000.000-Rp28.500.000
=Rp66.500.000
Langkah 3: Hitung Persediaan Akhir
Persediaan Akhir=Rp78.000.000-Rp66.500.000
=Rp 11.500.000
Rumus Persediaan Akhir Metode Retail
Nama retail dalam metode ini digunakan karena rumus persediaan akhir ini memang kerap digunakan dalam industri ritel atau retail.
Nilai persediaan akhir pada metode ini didasarkan pada harga jual ritel dari barang-barang yang masih tersedia di rak toko. Rumusnya adalah sebagai berikut.
Persediaan Akhir = HPBT (Harga Pokok Barang yang Tersedia) – HPP (Harga Pokok Penjualan) selama periode tersebut |
Untuk menghitungnya, Anda perlu mendapatkan HPP atau harga pokok penjualan terlebih dahulu.
HPP = ((Jumlah Persediaan Awal + Jumlah Pembelian)-Persediaan Akhir) x harga beli rata-rata |
Kemudian, hitung juga Harga Pokok Barang Tersedia untuk Dijual (HPBT):
HPBT=Persediaan Awal (Harga Pokok)+Pembelian Bersih (Harga Pokok) |
Ada juga Harga Jual Barang Tersedia untuk dijual (HJBT) yang perlu dihitung.
HJBT=Persediaan awal (Harga Jual)+ Pembelian Bersih (Harga Jual) |
Tidak ketinggalan, ada Persentase biaya ecer yang juga diperlukan
Persentase Biaya Ecer = Biaya Persediaan/ Harga Eceran Persediaan x 100% |
Sementara untuk Rasio Harga Pokok terhadap Harga Jual, cara menghitungnya adalah sebagai berikut
Rasio harga Pokok = HPBT/HJBT |
Ada juga yang memerlukan perhitungan biaya penjualan
biaya penjualan = penjualan x persentase biaya ecer |
Dari data yang disediakan, bisa didapatkan harga pokok barang yang tersedia
Harga Pokok Barang yang Tersedia = Biaya Persediaan Awal + Biaya Semua Pembelian |
Satu langkah sebelum menghitung nilai persediaan akhir harga pokok, hitung dulu Persediaan Akhir Harga Jual
Persediaan Akhir (Harga Jual) = HJBT – Penjualan Bersih |
Terakhir, hitung Persediaan Akhir (Harga Pokok)
Persediaan Akhir (Harga Pokok) = Persediaan Akhir (Harga Jual) x rasio harga pokok |
Contoh Perhitungan Persediaan Akhir Metode Retail
Misalkan Anda memiliki data berikut untuk bulan Januari:
- Persediaan Awal (Harga Pokok): Rp 50.000.000
- Persediaan Awal (Harga Jual): Rp 100.000.000
- Pembelian (Harga Pokok): Rp 30.000.000
- Pembelian (Harga Jual): Rp 60.000.000
- Retur Pembelian dan Diskon: Rp 2.000.000 (Harga Pokok)
- Penjualan Kotor: Rp 80.000.000
- Retur Penjualan dan Diskon: Rp 5.000.000
Langkah 1: Hitung Harga Pokok Barang Tersedia untuk Dijual (HPBT)
Pembelian Bersih (Harga Pokok) = Rp 30.000.000 – Rp 2.000.000
= Rp 28.000.000
Baca Juga
HPBT = Rp 50.000.000+Rp 28.000.000
= Rp 78.000.000
Langkah 2: Hitung Harga Jual Barang Tersedia untuk Dijual (HJBT)
HJBT = Rp 100.000.000 + Rp 60.000.000
=Rp 160.000.000
Langkah 3: Hitung Rasio Harga Pokok terhadap Harga Jual
Rasio Harga Pokok = Rp 78.000.000 / Rp 160.000.000
= 0,4875
Langkah 4: Hitung Penjualan Bersih
Penjualan Bersih = Rp 80.000.000 – Rp 5.000.000
= Rp 75.000.000
Langkah 5: Hitung Persediaan Akhir (Harga Jual)
Persediaan Akhir (Harga Jual) = Rp 160.000.000-Rp 75.000.000
Rp 85.000.000
Langkah 6: Hitung Persediaan Akhir (Harga Pokok)
Persediaan Akhir (Harga Pokok)=Rp 85.000.000×0,4875
=Rp 41.437.500
Rumus Persediaan Akhir Metode WIP (Work in Process)
Metode WIP kerap digunakan untuk menghitung nilai persediaan akhir dari barang-barang yang masih dalam proses produksi. Di dalamnya terasuk bahan baku yang telah dimasukkan ke dalam proses produksi tetapi belum selesai.
Rumus persediaan akhir Metode WIP adalah sebagai berikut
Persediaan akhir = (Persediaan Awal WIP + Biaya Produksi) – HPP (Harga Pokok Produksi) |
untuk menemukan Persediaan awal WIP, Anda bisa menggunakan rumus berikut
Persediaan Awal WIP = Bahan yang dibeli – Bahan yang dipindahkan ke produksi |
lalu untuk mengetahui biaya produksi dari bahan yan gditransfer ke produksi, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik. Begini rumusnya,
Biaya Produksi = bahan yang ditransfer ke produksi + Tenaga Kerja Langsung + Biaya Overhead Pabrik |
Sementara harga pokok produksi untuk metode WIP bisa ditemukan dengan cara membandingkan total biaya WIP Awal dengan WIP akhir. Rumusnya adalah sebagai berikut.
Harga Pokok Produksi = (Bahan langsung yang digunakan+ Tenaga Kerja Langsung yang digunakan + Biaya Produksi + WIP Awal) – WIP Akhir |
Rumus Persediaan Akhir Metode FIFO (First In First Out)
Ingat FIFO dalam manajemen logistik sebagai salah satu inventory control? Ternyata untuk ini ada cara khusus untuk menghitung persediaan akhir dengan metode ini.
Metode FIFO mengasumsikan bahwa barang yang pertama kali masuk ke gudang adalah barang yang pertama kali dijual atau digunakan. Jadi, persediaan akhir terdiri dari barang-barang yang paling baru dibeli.
Langkah-langkah:
- Identifikasi Urutan Pembelian: Catat semua pembelian dalam urutan kronologis.
- Hitung Barang yang Terjual: Kurangi jumlah barang yang terjual dari urutan pembelian pertama hingga jumlah total barang yang terjual terpenuhi.
- Tentukan Persediaan Akhir: Persediaan akhir adalah barang-barang yang belum terjual dari pembelian terbaru.
Contoh Perhitungan:
Misalkan Anda memiliki data berikut:
Pembelian Pertama: 100 unit @ Rp 10.000
Pembelian Kedua: 200 unit @ Rp 12.000
Pembelian Ketiga: 150 unit @ Rp 15.000
Total Penjualan: 300 unit
Menghitung Barang yang Terjual
100 unit dari pembelian pertama @ Rp 10.000
200 unit dari pembelian kedua @ Rp 12.000
Menghitung Persediaan Akhir FIFO
150 unit dari pembelian ketiga @ Rp 15.000
Total nilai persediaan akhir = 150 unit x Rp 15.000 = Rp 2.250.000
Rumus Persediaan Akhir Metode LIFO (First In First Out)
Metode LIFO mengasumsikan bahwa barang yang terakhir kali masuk ke gudang adalah barang yang pertama kali dijual atau digunakan. Jadi, persediaan akhir terdiri dari barang-barang yang paling awal dibeli.
Misalkan Anda memiliki data berikut:
- Pembelian Pertama: 100 unit @ Rp 10.000
- Pembelian Kedua: 200 unit @ Rp 12.000
- Pembelian Ketiga: 150 unit @ Rp 15.000
- Total Penjualan: 300 unit
Menghitung Persediaan Akhir Menggunakan Metode LIFO
Barang yang dijual pertama kali adalah yang terakhir kali dibeli:
150 unit dari pembelian ketiga @ Rp 15.000
150 unit dari pembelian kedua @ Rp 12.000
Persediaan akhir terdiri dari:
50 unit dari pembelian kedua @ Rp 12.000
100 unit dari pembelian pertama @ Rp 10.000
Total nilai persediaan akhir = (50 unit x Rp 12.000) + (100 unit x Rp 10.000) = Rp 600.000 + Rp 1.000.000 = Rp 1.600.000
Rumus Persediaan Akhir Metode Rata-Rata Tertimbang
Metode ini menghitung persediaan akhir berdasarkan rata-rata tertimbang dari biaya barang selama periode tertentu.
persediaan akhir dihitung sebagai:
Persediaan Akhir=Biaya Rata-rata per UnitxJumlah Unit Persediaan Akhir |
Contoh Perhitungan Persediaan Akhir Metode Rata-Rata Tertimbang
Misalkan Anda memiliki data berikut:
Pembelian Pertama: 100 unit @ Rp 10.000 = Rp 1.000.000
Pembelian Kedua: 200 unit @ Rp 12.000 = Rp 2.400.000
Pembelian Ketiga: 150 unit @ Rp 15.000 = Rp 2.250.000
Total Penjualan: 300 unit
Total Biaya Barang Tersedia untuk Dijual:
Rp 1.000.000 + Rp 2.400.000 + Rp 2.250.000 Rp 5.650.000
Total Unit Barang Tersedia untuk Dijual:
100 + 200 + 150 = 450 unit
Biaya Rata-rata per Unit:
Rp 5.650.000 / 450 unit = Rp 12.555,56
Jumlah Unit Persediaan Akhir:
450 unit – 300 unit = 150 unit
Persediaan Akhir:
150 unit x Rp 12.555,56
= Rp 1.883.334
Rumus Persediaan Akhir Metode Identifikasi Khusus
Metode ini digunakan ketika setiap unit barang dapat diidentifikasi secara individual, biasanya dengan nomor seri atau kode unik. Persediaan akhir dihitung berdasarkan biaya aktual dari unit-unit tertentu yang masih ada di akhir periode.
Contoh Perhitungan dengan metode Identifikasi Khusus
Misalkan Anda memiliki data berikut:
- Pembelian Pertama: 100 unit @ Rp 10.000
- Pembelian Kedua: 200 unit @ Rp 12.000
- Pembelian Ketiga: 150 unit @ Rp 15.000
- Total Penjualan: 300 unit
Dan Anda mengetahui unit yang tersisa adalah:
- 50 unit dari pembelian kedua @ Rp 12.000
- 100 unit dari pembelian ketiga @ Rp 15.000
Langkah 1: Identifikasi Unit yang Tersisa
50 unit dari pembelian kedua
100 unit dari pembelian ketiga
Hitung Total Biaya dari Unit yang Tersisa:
(50 unit x Rp 12.000) + (100 unitxRp15.000)
=Rp 600.000 + Rp 1.500.000
=Rp 2.100.000
Kesimpulan
Menghitung persediaan akhir dengan tepat adalah langkah penting dalam manajemen inventori yang efektif.
Dengan menggunakan rumus yang telah dijelaskan, Anda dapat memastikan bahwa bisnis Anda berjalan lebih efisien dan profitabilitas dapat ditingkatkan.
Pastikan untuk selalu memperbarui data persediaan secara berkala dan melakukan pengecekan fisik untuk memastikan akurasi.
Jangan lupa untuk berkomentar dan beri kami masukan di laman Plugin Ongkos Kirim agar mampu menyuguhkan artikel berkualitas sesuai kebutuhan readers. Yuk, baca artikel menarik lainnya dari Hanif seputar Logistik, dan lain-lain. Informasi lebih lanjut dapat menghubungi operation@tonjoo.
Apabila Anda menemui informasi yang kurang akurat, mohon tinggalkan komentar di bawah.