Buffer Stock: Pengertian, Cara Menghitung, dan Contohnya

Hanif 27 Aug 2023 5 Menit 0

Pernah dengar istilah “buffer stock”? bagi yang mempelajari tentang supply chain, misalnya mahasiswa manajemen bisnis atau teknik industri harus tahu soal ini!

Mungkin beberapa dari kalian sudah familiar, sementara lainnya mungkin masih menggaruk-garuk kepala. Tidak masalah! Di era bisnis yang dinamis ini, memahami konsep-konsep kunci dalam manajemen logistik seperti buffer stock sangatlah esensial.

Melalui artikel ini, kita akan menggali lebih dalam apa itu buffer stock, manfaatnya, bagaimana cara menghitungnya, dan, tentu saja, membedah perbedaan antara buffer stock dan safety stock. Siap untuk petualangan pengetahuan ini? Ayo, mari kita mulai!

Apa itu Buffer Stock?

Buffer stock, yang seringkali juga disebut dengan “stock tambahan” atau “stock cadangan“, adalah sejumlah persediaan yang disimpan untuk mengantisipasi fluktuasi permintaan/demand atau pasokan/supply yang tidak dapat diprediksi. Dengan kata lain, ini adalah cadangan yang Anda miliki untuk mencegah kekosongan rak atau hambatan dalam produksi ketika hal-hal tak terduga terjadi.

Seorang ahli dalam manajemen persediaan, Edward A. Silver, menggambarkan buffer stock sebagai “penjaga” dalam rantai pasokan. Menurutnya, buffer stock berfungsi sebagai lapisan perlindungan antara permintaan konsumen yang bervariasi dan ketidakpastian pasokan dari pemasok. Intinya, konsep ini bertujuan untuk memastikan kelancaran operasional bisnis meskipun terjadi gangguan atau ketidakpastian.

Buffer stock pemerintah dan buffer stock bisnis

Dalam dunia yang serba cepat dan penuh ketidakpastian ini, memiliki buffer stock memungkinkan perusahaan untuk bertahan dan tetap efisien. Ini bukan hanya tentang menyimpan barang ekstra, tetapi lebih kepada strategi bisnis untuk menjaga konsistensi layanan kepada pelanggan dan memastikan produksi berjalan lancar tanpa henti.

Arti buffer stock dalam bisnis memang stok untuk mengoptimalkan penjualan. Namun dalam perspektif pemerintahan, bufferstock adalah hal yang berbeda.

Terdegnar mirip seperti Safety Stock ya? Memang sama-sama berperan sebagai pengaman ketika stok utama habis, namun ada perbedaan anatara safety stock dan buffer stock.

Manfaat Buffer Stock

Memahami manfaat dari buffer stock bukan hanya penting bagi perusahaan dalam menjalankan operasionalnya, tapi juga membantu untuk mempersiapkan diri dalam dunia kerja yang sesungguhnya. Berikut adalah beberapa manfaat utama dari buffer stock:

  • Menjaga Kelancaran Operasional
    Perusahaan dapat menjalankan proses produksi tanpa henti, meski ada gangguan pada pasokan bahan baku atau komponen.
  • Mengatasi Fluktuasi Pasokan
    Pasokan bisa terganggu karena berbagai alasan, mulai dari masalah transportasi, bencana alam, hingga konflik industri. Dengan buffer stock, perusahaan memiliki jaminan ekstra untuk mengatasi ketidakpastian ini.
  • Memanfaatkan Oportunisme Belanja
    Kadang-kadang, pemasok menawarkan harga khusus untuk pembelian dalam jumlah besar. Perusahaan dapat memanfaatkan kesempatan ini dan membeli lebih banyak saat harga rendah karena memiliki ruang untuk buffer stock.
  • Mengurangi Biaya Order Ulang
    Setiap kali perusahaan harus memesan ulang persediaan, ada biaya yang terkait dengan proses tersebut. Dengan buffer stock, perusahaan bisa mengurangi frekuensi order ulang, sehingga menghemat biaya.
  • Peningkatan Fleksibilitas Produksi
    Dengan adanya buffer stock, perusahaan memiliki fleksibilitas untuk menyesuaikan jadwal produksi berdasarkan permintaan pasar tanpa khawatir kehabisan stok.
  • Mengurangi Risiko Kehilangan Pelanggan
    Dalam dunia bisnis yang kompetitif, loyalitas dan kepuasan pelanggan perlu selalu dijaga. Buffer stock memastikan bahwa pelanggan selalu mendapatkan apa yang mereka butuhkan tepat waktu, sehingga loyalitas mereka tetap terjaga.

Dengan memahami manfaat-manfaat di atas, kita dapat melihat betapa pentingnya buffer stock dalam strategi manajemen persediaan suatu perusahaan. Baik sebagai alat pelindung dari ketidakpastian eksternal maupun sebagai peluang untuk meningkatkan efisiensi dan profitabilitas.

Contoh Buffer Stock

Menjadi lebih konkret akan membantu kita memahami konsep ini dengan lebih baik. Berikut adalah beberapa contoh buffer stock dalam berbagai industri:

  • Industri Makanan
    Sebuah restoran cepat saji mungkin menyimpan stok tambahan kentang beku sebagai buffer stock. Meskipun mereka memiliki estimasi harian berapa banyak kentang yang akan digoreng, stok tambahan ini membantu jika ada lonjakan permintaan yang tak terduga atau keterlambatan dalam pengiriman.
  • Industri Elektronik
    Pabrikan smartphone bisa menyimpan komponen tambahan seperti layar atau baterai. Hal ini memastikan bahwa lini produksi tetap berjalan lancar meskipun ada masalah dengan salah satu pemasok komponen.
  • Ritel
    Sebuah toko pakaian mungkin memiliki buffer stock dari item paling laris mereka, memastikan bahwa ukuran yang paling populer selalu tersedia bagi pelanggan, bahkan saat pasokan dari pemasok mengalami hambatan.
  • Industri Farmasi
    Apotek dapat menyimpan obat-obatan dengan permintaan tinggi atau obat musiman (seperti obat flu) sebagai buffer stock untuk memastikan ketersediaan saat pasien membutuhkannya.
  • Industri Otomotif
    Pabrik perakitan mobil mungkin memiliki stok tambahan ban, memastikan bahwa proses perakitan tidak terhenti karena kekurangan satu komponen.

Contoh-contoh di atas menunjukkan bagaimana buffer stock diaplikasikan dalam berbagai sektor. Tujuannya tetap sama: mengurangi risiko gangguan operasional dan memaksimalkan kepuasan pelanggan.

Cara Menghitung Buffer Stock

Menghitung buffer stock memastikan bahwa bisnis Anda selalu siap untuk menghadapi fluktuasi dalam permintaan atau gangguan dalam rantai pasokan. Berikut ini langkah-langkahnya:

Buffer stock bisa dihitung dengan rumus sederhana:

Rumus Buffer Stock

“Buffer Stock”=”Lead Time Demand”−(“Average Daily Demand”×”Lead Time”)

  • Lead Time Demand
    Ini adalah jumlah unit yang Anda harapkan untuk terjual selama periode waktu dari saat Anda memesan stok sampai saat stok tersebut tiba.
  • Average Daily Demand
    Rata-rata unit yang terjual setiap hari.
  • Lead Time
    Waktu yang dibutuhkan dari saat Anda memesan stok sampai saat stok tersebut tiba (dalam hari).

Contoh Perhitungan Buffer Stock

Mari kita lihat contoh untuk memahami lebih baik:

Diasumsikan Anda memiliki toko sepatu. Dari data historis, Anda mengetahui bahwa rata-rata Anda menjual 20 pasang sepatu setiap hari. Jika Anda memesan stok dari pemasok, biasanya memerlukan waktu 5 hari untuk sepatu tersebut tiba (lead time). Selama 5 hari tersebut, Anda mengharapkan permintaan sebanyak 120 pasang sepatu (ada event khusus yang meningkatkan permintaan).

Menggunakan rumus di atas:
Buffer stock - contoh perhitungan

Dari perhitungan di atas, buffer stock yang dianjurkan adalah 20 sepatu. Sehingga idealnya perusahaan menyimpan barang sebanyak 20 pasang sepatu agar tidak kehabisan stok selama menunggu pesanan berikutnya tiba.

Berkat cara ini, peluang menjual sepatu selama periode lead time jadi lebih maksimal sekaligus meminimalkan risiko kehilangan penjualan karena kekurangan stok.

Perbedaan Buffer Stock dan Safety Stock

Banyak yang sering bingung antara buffer stock dan safety stock. Meski keduanya adalah konsep yang berfungsi untuk memastikan kelancaran operasi bisnis, keduanya memiliki tujuan dan cara kerja yang berbeda. Mari kita cermati perbedaannya:

Safety stock vs buffer stock

Halaman Selanjutnya
a. Definisi...

Pages: 1 2

Bagikan ke:
Diarsipkan di bawah:
Hanif
Ditulis oleh

Hanif

hi, I'm a SEO content writer with interest on business, entrepreneur, digital marketing, and many more

Leave a Reply

Your email address will not be published.